Sajak Biru
Kau biru
yang berharga adalah sinar di matamu
dinyatakan pada serona di udara
yang luput dari kuas para perupa
Kau biru
yang bermakna ialah klausa di bibirmu
senada tangkai bunga kencana ungu
yang tak terbaca oleh si pujangga
Kau biru
hari ini diikrarkan kembali
segenap asa, segenap mimpi
seluas samudra, selangit nan tinggi
Kau biru
sudah terlanjur biru
(2025)
Baca juga beragam PUISI karya para penyair.
Salinan Cuaca
Malam
tersusun dari banyak lelah pasi:
salinan cuaca hari ini,
berita politik di televisi
polusi suara tanpa arti,
dan dedoa penuh ambisi.
Langit senja
didominasi warna gelap
dan rindunya telah lama
kehilangan harap.
Sementara waktu
serupa lilin mulai dinyalakan
habis membakar diri sendiri.
(2021)
Baca juga beragam pemikiran di HIBERNASI
Mensiasati Hidup
Hidup tak mungkin menuliskan dirinya sendiri.
Ia menyerahkan setengah lusin jarinya
kepada kata kerja dan kalimat-kalimat majemuk.
Seseorang menunda menjadi dewasa
karena tahun-tahun tampak rahasia baginya.
Tidak ada kata dan puisi yang menuntunnya.
Ingatan tak dapat memindahkan wangi jeruk
yang sama kepada hidungnya.
Penciuman hanya terusik oleh semerbak udara
paling asing atau hidup yang semakin bising.
(2023)
Jika engkau ingin berenang dalam samudra rasa dan pikiran, sila sambangi TETES EMBUN
Ditulis oleh Pitrus Puspito, guru Bahasa Indonesia dan penikmat seni. Selain menulis puisi dan cerita anak, ia juga menulis esai dan artikel ilmiah. Buku yang telah terbit yakni kumpulan puisi berjudul Yang Hilang (2018) dan Menyayangi Ingatan (2019) yang diterbitkan oleh Bening Pustaka Yogyakarta.