Rabi’ah al-’Adawiyah, sebuah nama yang pastinya sudah tidak asing lagi bagi para penggemar pejalan sunyi, kaum sufi. Rabi’ah merupakan sosok sufi perempuan pertama. Beliau sangat masyhur dengan lantunan-antunan doanya yang sangat mencerminkan kedalaman pun keluasan cintanya kepada Allah.
Doa-doa yang beliau lantunkan begitu menyentuh kalbu. Indah dan mendalam. Sangat pantas dijadikan salah satu rujukan untuk bahan perenungan diri yang seringkali dibelenggu rasa ketidaksyukuran, keluh kasah, dan juga overthinking-overthinking lainnya, baik tentang kehidupan dunia pun akhirat. Terlebih di tengah riuhnya keadaan seperti sekarang yang sedikit-sedikit langsung dikafirkan pun dineraka-nerakakan.
Bagi sebagian banyak orang, surga dan neraka merupakan satu hal yang sangat diinginkan dan satu hal yang sangat tidak diinginkan. Perbincangan tentang surga dan neraka pun tak pernah terpisah dari kehidupan umat manusia. Hadirnya Rabi’ah al-’Adawiyah menghadirkan sebuah pandangan tersendiri tentang surga dan neraka ketika semua ingin berbondong-bondong ke surga dan menjauhi neraka.
Perempuan sufi terkemuka yang lahir pada suatu malam di Basrah, Irak, pada 717 Masehi, justru menepis harapan ingin ke surga dan takut ke neraka. Doa-doa Rabi'ah yang sangat mulia pun sangat menampar diri kita.
Sebelum menuju kumpulan doa Rabi’ah, alangkah lebih baiknya berselancar sejenak pada kisah Rabi’an yang terkamktub dalam Jejak-Jejak para Sufi yang ditulis oleh Imam Masbukin dan Miftahul Asror.
Pernah, pada suatu saat Rabi’ah al-’Adawiyah didapati sedang berlarian di seputaran Kota Basrah dengan membawa satu ember berisikan air penuh dan sebuah obor di tangannya dengan api yang menyala-nyala. Apa yang dilakukannya pun membuat orang yang melihatnya tercengang. Segala aktivitas yang dilakukan masyarakat seketika berhenti dan mereka melihat apa yang dilakukan Rabi’ah al-’Adawiyah.
Setelah beberapa saat mengitari Kota Basrah dan tidak ada yang berani menegur Rabi’ah al-’Adawiyah, datanglah salah seorang warga yang dihinggapi rasa penasaran seraya berkata, “Wahai Rabi’ah, alasan apa yang kemudian menjadikanmu berbuat demikian?”
Mendengar hal tersebut, Rabi’ah al-’Adawiyah kemudian memberhentikan langkahnya. Lalu beliau menjawab, “Aku hendak menuangkan air ke dalam ember yang kubawa ini ke dalam neraka dan mengobrakan api di dalam surga!”
“Mengapa demikian?” tanya seseorang yang dihinggapi rasa kebingungan.
“Ya, aku ingin menuangkan air ke dalam api neraka dan mengobarkan api di surga, sehingga kedua selubung ingin hancur dan hilang dan tidak lagi ada orang yang menyembah Tuhannya karena takut akan pedihnya siksaan api neraka dan mengharapkan nikmatnya surga atas ibadahnya,” jawab Rabi’ah al-’Adawiyah.
Lanjutnya, “Surga dan neraka itu tidak penting! Dengan hilangnya kedua selubung ini, orang akan beribadah semata-mata demi keindahan-Nya yang abadi.”
Mendengar apa yang disampaikan Rabi’ah al-’Adawiyah, orang-orang yang tadinya bertanya hanya bisa terdiam. Sesaat setelah itu, Rabi’ah al-’Adawiyah pun merapalkan sebuah doa dengan penuh haru.
“Ya Allah, apabila diriku menyembah-Mu hanya karena takut akan pedihnya siksaan api neraka yang tiada habisnya, bakarlah habis seluruh tubuh ini di dalamnya. Dan apabila diriku menyembah-Mu karena mengharap nikmatnya kehidupan surga, maka campakkanlah diriku saat berada di dalamnya. Namun, jika diriku beribadah semata-mata demi Engkau ya Allah, maka janganlah Engkau sesekali enggan memperlihatkan keindahan-Mu yang abadi kepada diriku.”
Sepenggal kisah tersebut mungkin akan menjadi sebuah pintu pembuka menuju ruang pertanyaan dan perenungan di dalam diri kita kala menjalani segala hal atau ibadah. Dan agar lebih syahdu lagi, berikut kumpulan doa-doa Rabi’ah al-’Adawiyah yang mungkin akan menjadi teman merenung kala malam, sebelum diri merebahkan badan.
- Ya Allah! Dikau telah menjadikan aku budak belian seorang manusia sehingga aku terpaksa mengabdikan diriku kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti aku akan persembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepada-Mu…
- Engkau tahu ya Allah! Aku tidak pernah meminta harta dunia-Mu, meskipun Engkau pencipta dunia ini. Lalu bagaimana aku dapat menerima harta dari seseorang sedangkan harta itu sesungguhnya bukan kepunyaannya?...
- Jiwa, tenanglah. Kembalilah kepada Tuhanmu, legalah, kembalilah kepada Tuhanmu. Legalah hatimu pada-Nya, ini akan memberikan kepuasan kepada-Nya…
- Ya Rabbi, bintang-bintang bersinar gemerlap. Manusia sudah tidur nyenyak dan raja-raja telah menutup pintunya. Tiap orang sedang bercinta asyik dengan kesayangannya dan di sinilah aku menyendiri bersama-Mu…
- Ya Rabbul Izzati, jauhkanlah kami dari paham-paham Yahudi, Nasrani, dan paham-paham lainnya yang dapat menyesatkan kami. Selamatkanlah kami semua di dunia dan akhirat. Sesungguhnya akhirat itulah tempat kami dan tujuan hidup kami…
- Damaiku, wahai saudara-saudaraku. Dalam kesendirianku dan kekasihku bila selamanya bersamaku, karena cinta-Nya itu tak ada duanya. Cinta-Nya itu mengujiku di antara keindahan yang fana ini. Pada saat aku merenungi keindahan-Nya, dialah mihrabku. Dialah kiblatku…
- Jika aku mati karena cintaku sebelum aku mendapatkan kepuasan, alangkah hinanya hidupku di dunia ini. Wahai pelipur jiwa yang terbakar gairah juangku bila menyatu dengan-Mu telah melipur jiwaku. Wahai kebahagiaanku, telah kutanggalkan semua keindahan fana ini dariku, harapku dapat menyatu dengan-Mu karena itulah hidup yang kutuju…
- Jika engkau menginginkan dunia ini, maka akan aku berikan semua dan aku berkahi. Tetapi aku akan menyingkir dari dalam kalbumu, sebab aku tak mungkin berada di dalam kalbu yang memiliki dunia ini. Wahai fana, aku mempunyai kehendak itu di dalam satu kalbu…
- Ya Tuhanku, apa-apa saja karunia yang hendak Engkau berikan kepadaku di dunia ini hibahkan pada musuh-musuh-Mu. Serta apa-apa yang hendak Engkau berikan kepadaku di akhirat kelak, maka persembahkan kepada sahabat-sahabatku. Sebab, bagiku cukuplah Engkau…
- Ya Allah, semua jerih dan semua hasratku di antara kesenangan-kesenangan dunia ini adalah untuk mengingat Engkau dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, adalah untuk berjumpa dengan-Mu. Bagitulah halnya dengan diriku, seperti yang telah kukatakan. Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki.
- Ya Allah! Aku berlindung pada Engkau dari hal-hal yang memalingkanku dari Engkau dan dari setiap hambatan yang akan menghalangi Engkau dariku. Ya Allah, Ya Tuhanku, bintang-bintang telah bersinar, orang-orang telah tertidur lelap, raja-raja telah menutup pintu istananya, kekasih telah pada menyepi. Namun, aku tetap berdiri di hadapan-Mu. Ya Illahi, malam telah berlalu dan siang telah hilang, andai malam selalu datang tentu aku akan bahagia. Demi keagungan-Mu, walaupun Engkau tolak aku mengetuk pintu-Mu, aku akan tetap menanti di depannya, karena hatiku telah terpaut pada-Mu.