Bunga-Bunga yang Cacat
Hari ini sejenak bukan kamu sayang
aku hanya ingin menggumam dengan pena
sebab pedih memandang bunga-bungaku
Bunga pertiwi
Berlarut memeluk kesetiaan
menanam batang tubuh dengan denyar-denyar kembang merekah
selalu tunduk dengan tatanan kaum cendekia yang makin rumit
harapan tumbuh tunas-tunas baru seperti perangai padi
dipupuk hingga menyeruak merah jambu
tapi sejenak saja mekar
sudah cacat dibuatnya
hidup di habitat tikus
paradoks dengan kumpulan bunga-bunga
hasrat lebih buas
apa saja dilahap
tabiatnya tertutup
memboikot remah-remah milik rekanan
jika tertangkap tangan
kocar kacir dibuatnya
Kini
hampa tanpa koma
lenyap wewangian milik bunga-bungaku
ibu pertiwi tertusuk sembilu
11 April 2022
Dalam Tudung Saji
Tercium aroma khas dalam tudung saji
biasanya terdapat ayam
yang digoreng dengan emas 0.025 Gram
capcai kental berisi wortel, kol, daun bawang
dimasak beserta rempah-rempah yang pernah direbut dari penjajah
tapi kini ditanam oleh cinta kasih petani sambil tersenyum getir
jangan lupa memakannya bersama nasi impor pulen
pun tak boleh alpa atas kerupuk sebagai kultur negeri kita
sungguh nikmat tiada tara
dimeja juga tersaji santapan penutup
yakni buah dan susu manis
semanis janji-janji
Sekelebat bayang terhidang
hanya jerih dan payah
dari harga pangan yang lepas landas
11 Maret 2022
Tangisan Kami
Di kala hidup sudah terjamin
oleh panji-panji surgawi
dengan semboyan gemah ripah loh jinawi
masihkah ada yang menangis?
Tuan merangkulnya dengan kata-kata
Meninabobokan berkipas kartu-kartu
Membiusnya lewat nyanyian pundi-pundi
Nyatanya tuan bergerilya di buritan
berkoloni bersama perompak pusaka
menebas habis
lalu linglung
Yang bisa tuan lakukan sekarang
merebut hak hingga melucutinya
Lalu siapa yang menangis?
yang menangis itu kami
bukan kita
11 Maret 2022
Ditulis oleh Ika Rachmawati.
Lahir di Tangerang dan kini tinggal di Magelang, Pakuning Tanah Jawa. Orang biasa yang biasa melakukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Setiap hari bangun pagi, mengabdi, dan menunggu pagi lagi. Silakan mampir ke gubug kami Sanggar Soko Papat yang biasa juga ditilik melalui google maps.
Editor: Pemulung Rasa