Menyemai Kesadaran Demokrasi Sejak Dini | Amar T. Ma'ruf

Menyemai Kesadaran Demokrasi Sejak Dini pada siswa siswi adalah keniscayaan yang tak bisa ditinggalkan

Tahun politik kali ini suhunya kian terasa memanas. Media massa dan media sosial tak henti mengabarkannya saban hari. Balas pendapat, saling sindir antarkandidat, merasa saling dikhianati, dan merasa paling jago membenahi negeri pun tak henti menghiasi layar televisi dan gawai.

Sebagian masyarakat pun turut serta membicarakan pesta rakyat yang secara sistematis digelar lima tahun sekali. Ada yang fanatik, ada yang biasa saja, ada yang acuh tak acuh, dan ada pula yang begitu slow dalam memandang dan menyikapi politik di negeri ini. Beragam.

Ada pula yang bertanya “siapa yang berani menawarkan program bagaimana cara melunasi utang negara, sesegera, biar nelangsa segera sirna”.

Baca juga: Rebutan Kursi RI-1 Sudah Dimulai, Siap-Siap Bayar Utang Negara

Politik ramai dibicarakan, di sana-sini, tanpa henti. Begitu pula yang terjadi di SMP Negeri 1 Sawangan, Magelang. Meski di sana tidak ada tokoh politik atau anggota  dari salah satu partai yang ada di negeri ini, tetapi mereka turut serta meramaikan tahun politik.

Siswa-siswi dan pelajar begitu antusias meramaikannya. Meski belum beranjak menjadi generasi sandwich, mereka mulai dididik menjadi warga masyarakat yang bijak, cerdas, dan dewasa dalam berdemokrasi. 

Langsung, bebas, rahasia jujur, dan adil atau yang akrab dengan akronim Luber Jurdil pun ditekankan dalam ajang demokrasi kali ini. Tak lain, agar mereka belajar mengetahui, memahami, mengimplementasikan asas-asas sejak dini.

Mereka memiliki hak yang sama sebagaimana orang dewasa. Belajar bersama-sama bagaimana memilih pemimpin adalah keniscayaan yang tak bisa ditinggalkan. 

Dalam memilih pemimpin sangat diharuskan agar tidak terkecoh dengan apa yang ditampilkan di muka umum.

Memilih pemimpin bukan hanya tentang pandai berkata-kata, lari dari janji yang sudah ditabur di sana-sini, dan pidato-pidato yang menusuk pikiran dan menggetarkan hati.

Baca juga: Pemimpin Jujur Hanya Orang Gila

Peserta didik adalah generasi penerus bangsa yang harus didampingi dengan baik dan benar. Mereka adalah generasi yang kelak akan melanjutkan perjalanan bangsa ini. 

Peserta didik pun butuh contoh nyata dalam bekerja atau melaksanakan amanah kepemimpinan dalam suatu organisasi, baik dalam skala kecil atau besar seperti negara.

Berangkat dari pemilihan ketua OSIS, pelajar akan belajar bagaimana menjadi bagian dari bangsa yang harus ikut serta membangun bangsa dan bahasanya melalui suara demokrasi.

Melalui kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), panitia dan kesiswaan SMP N 1 Sawangan menggelar hajat akbar untuk meramaikan tahun politik versi pelajar pancasila.

Baca juga: Kartini adalah Jalan Kesetaraan Gender

“Suara Demokrasi Siswa” merupakan tema yang diusung dalam ajang pembelajaran bagi peserta didik agar memahami sejarah pemilu, prosesnya, dan menjadi pelaksana dalam skala sekolah.

Siti Komariah, Koordinator P5, menuturkan bahwa Suara Demokrasi Siswa dalam pemilihan ketua Osis tahun pelajaran 2023/2024 merupakan ajang pembelajaran bagi siswa agar memahami sejarah dan juga perkembangan pemilu di Indonesia.

Dalam pesta demokrasi yang sebenarnya, partai politik sudah mulai gencar memasang bendera dan beragam baliho pun spanduk yang berisi pasangan yang diusung untuk memperkenalkan dirinya dan programnya.

Baca juga beragam CERPEN atau PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa serta pikiranmu setelah seharian beraktivitas, bekerja, dan belajar.

Begitu pula yang terjadi di SMP Negeri 1 Sawangan, poster-poster karya peserta didik yang bertemakan pemilu skala sekolah sudah menghiasi papan Mading dan beberapa ruang yang disediakan.

Sri Mardiyanti menggagas ruang tersebut melalui poster-poster yang ada sebagai bukti bahwa mereka bisa membaca kondisi yang sedang ramai dibicarakan masyarakat. Meskipun usianya masih dipandang anak-anak, tetapi mereka jeli dalam melihat situasi yang sedang menjadi perhatian publik.

Bakal calon pemilih ketua Osis yang baru pun sangat antusias mencerna informasi yang dipampang. Wajah mereka tidak menunjukkan sentimen atau ketidaksukaan. Mereka bahagia. Gembira.

Baca juga ragam tulisan Nostalgia

Endang Endra Daru Kartikawati, kepala sekolah, menekankan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memang tidak masuk dalam ranah politik, tetapi bukan berarti peserta didik tidak bisa diberi pemahaman demokrasi.

Suara Demokrasi Siswa, justru menjadi ajang untuk belajar bagaimana menerima perbedaan, berdemokrasi, dan belajar menentukan pemimpin sesuai pandangan mereka sebagai pelajar. P5 juga menjadi ruang belajar berdemokrasi sejak dini.

Pemilu sekolah tersebut berlangsung selama dua pekan. Sebelum dilaksanakan pemilihan akan dilaksanakan orasi dan debat kandidat. Selanjutnya dilaksanakan pemilihan secara terbuka di tiga tempat pemungutan suara.

Baca juga ragam tulisan SENGGANG

Panitia pemungutan suara pun persis pemilu pada umumnya, dengan PPS, KPPS, dan BAWASLU. Peran sesuai KPU nyata merupakan bentuk edukasi apabila kelak terjun di masyarakat dan terlibat atau menjadi panitia pelaksana atau sosok yang ingin menjabat calon tertentu bisa menjalankannya dengan baik, tidak curang demi ambisi atau kepentingan individu dan kelompok semata.

Aldi, peserta didik baru, sangat antusias dalam menikmati pesta demokrasi ini. Ungkapnya, kegiatan ajang demokrasi ini sangat seru dan menarik, terlebih banyak poster yang dipajang di Mading sekolah.

Kegiatan ini bukan hanya tentang demokrasi. Dalam rentetan kegiatannya akan diadakan kompetisi pembuatan kotak suara dan bilik pemilihan dari kardus, lomba kekompakan kelas, kebersihan, poster, dan  debat kandidat terbaik.

Baca juga ragam esai HIBERNASI

Marisatul Khasanah, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat penting dilakukan karena demokrasi memang harus dikenalkan sejak dini, terlebih bagi  Gen-Z. Kegiatan tersebut sebagai bekal kelak ketika tumbuh dewasa mampu berpikir kritis dan bijak kala menjadi bagian dari masyarakat.

Ditulis oleh Amar T. Ma’ruf atau lebih dikenal dengan nama pena Marutami. Lelaki kelahiran Pemalang, pernah singgah di seberang lautan bertahun-tahun, dan kini singgah kembali di Magelang untuk mengajar dan belajar. Menulis menjadi hobi, meski belum terkenal juga.

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment