Kutertipu | Segaun Kata Karya Anisatul Fuadiyah

I

Aku memilihmu dengan suka rela
Tanpa tendensi apa pun
Hanya satu gemuruh di dada:
Aku ingin perubahan
 
Sederhana!
Akses pendidikan terjangkau
Akses kesehatan mudah
Harga kebutuhan pokok murah
Lapangan kerja tersedia
 
Aku wong cilik
Engkau pun mengikrarkan diri sebagai wong cilik
Salahkan aku menaruh harapan?
Bukankah engkau yang memberi janji manis?
Atau engkau lupa?
 
Menjelang usai tonggak kekuasaanmu
Tengoklah apa yang kau torehkan
Hutang menggunung
Harga-harga melambung
Anak, cucu, mantu berebut kekuasaan
Begitu tanpa malu kau tunjukkan

Hartamu makin melejit
Kehidupanku makin menjerit
Tahtamu penuh ambisi dipertahankan
Asaku tak lagi dipedulikan


*** 

II

Aku remaja baru lulus dua tahun dari bangku SMA. Aku tinggal di salah satu kabupaten provinsi Jawa Tengah. Kala itu pikiranku masih idealis dan lugu, aku ingin ada perubahan di negeri ini, sudah muak dengan pola rezim orde lama yang rakus kekuasaan, praktik korupsi semakin menggila, memperkaya pejabatnya.

Menjelang pilkada yang akan dilaksakana pada 9 Juli 2014, aku menimang-nimang, siapa yang akan aku pilih. Aku bukan siapa-siapa, suara satu anak yang masih bau ingus dari keluarga miskin pastilah dipandang sebelah mata, tapi tak masalah bagiku, niatku tulus.

Aku meyakini satu suara dariku yang tanpa pengaruh siapapun, menjatuhkan pilihan padanya, pasti akan membawa perubahan. Sosok yang menurutku dari wong cilik, pasti akan memperjuangkan wong cilik.

Wong cilik yang tidak muluk-muluk permintaannya, akses pendidikan terjangkau, akses kesehatan mudah, harga kebutuhan pokok murah, bisa mencari kerja berdasar kemampuan dan keseriusan, hanya itu. Tak lebih!

Dua periode aku (mau) memilihnya dengan suka rela. Delapan tahun berlalu, perubahan yang aku harapkan hanya janji manis. Kini pemahamanku semakin bertambah yang berujung pada kesimpulan bahwa dulu aku terlalu naif, aku kecewa. Lalu pada siapa kumengadu? Mereka hanya peduli pada kelompoknya.

Yang penting proyek jalan terus, biar ada ladang korupsi, KPK diperlemah biar koruptor tidak ada yang tertangkap. Walau Negara miskin, tak apalah bisa hutang, asal semua mega proyek terdanai.

Batang, 10 April 2022

Ditulis oleh Anisatul Fuadiyah

Editor: Pemulung Rasa 

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment