Sebuah Analisis Sederhana Kata Sayang dan Tinggal dari Kaum Digital Native | Re Makram

Sayang, Tinggallah. Analsis kata Sayang dan Tinggallah. Kaum Digital Native. Re Makram

 

Sebuah Analisis Sederhana Kata Sayang dan Tinggal dari Kaum Digital Native | Re Markam

 

Akhir-akhir ini, saya sering melihat generasi digital native senang sekali membuat konten kreatif yang berbau romantisme. Meme atau video tersebut tersebar di berbagai sosial media dengan mengangkat tema-tema ke-baper-an yang hakiki.

Menariknya, seringkali ada dua kata yang diyakini kaum digital native sebagai ungkapan yang mewakili perasaan cinta di dalam dirinya terhadap seseorang. Kedua kata tersebut adalah sayang dan tinggal.

Namun demikian, saya justru menemukan beberapa referensi dan analisis yang menarik terkait kedua kata tersebut. Penggunaan kedua kata ini saya temukan pada beberapa meme berikut ini.

Pertama, Sayang, jangan tinggalkan aku sendiri!” Kedua, “Boneka itu sayang kalau dibuang. Itu hadiah dari mantan.”

Jika diteliti dengan sepenuh hati dan jiwa, terdapat benturan makna yang ternyata bertolak belakang dengan harapan perwakilan perasaan cinta pada dua contoh tersebut.

Pada kalimat pertama, secara gramatikal, kata sayang di sana mengandung arti amat suka akan (kepada). Dalam konteks ini yakni terhadap seseorang yang pembicara sebut dalam kalimat tersebut. Dalam arti lainnya yakni sebuah panggilan terhadap kekasih atau pujaan hati.

Pada kalimat ini, para generasi kekinian yang sedang kasmaran pasti dapat poin tambahan saat menyebutkan kata tersebut. Mereka meyakini kata tersebut masih mewakili atau merepresentasikan sebuah cinta. Selain itu, dirinya masih merasa aman dari cengkerama overthinking atau di-ghosting pas lagi sayang-sayangnya.

Namun, alangkah lebih baiknya kita melihat bersama-sama kalimat selanjutnya. Pada kalimat kedua, kata sayang tersebut secara leksikal berarti tidak rela atau merasa rugi. Hal itu dikarenakan si pembicara akan merasa rugi jika sesuatu yang dipunyainya itu hilang dari genggamannya.

Dalam beberapa kesempatan dapat juga Kawan temukan, kata “sayang” yang serupa dengan kejadian kalimat kedua ini juga mempunyai makna menyesal dan atau rasa tidak rela. Katakanlah, kalimatnya seperti ini: “Sayang benar, kamu memutuskan dia hanya karena dia tidak kaya.”

Nah loh, dari kata “sayang” yang digunakan di atas, dalam bahasa Indonesia dapat ditemukan dua hal yang kontradiktif. Pertama mengandung arti cinta dan yang kedua berarti menyesal. Oleh karena itu, jangan terlalu jumawa ketika seseorang mengatakan sayang pada diri kitaSiapa tahu, sayang yang dimaksudnya yakni dalam arti menyesal.

Dalam sebuah kalimat atau kata yang digunakan seseorang, alangkah lebih baiknya diri selalu memperhatikan konteks. Jangan langsung menelan kata secara mentah-mentah agar tidak menimbulkan salah tafsir, atau salah persepsi.

Kejadian serupa juga dialami oleh kata “tinggal” yang seringkali merepresentasikan maksud cinta pada beberapa kasus. Pertama, “Aku mohon, tinggallah di sini lebih lama, agar aku bisa dekat denganmu.” Kedua, “Jangan terlalu mengekangku, kalau kau begitu terus nanti kutinggal.”

Dari ungkapan di atas akan melahirkan beberapa artian. Misalnya, pada kalimat pertama, secara gramatikal kata tinggal mengandung arti masih tetap di tempatnya. Maksud pembicara dengan kata tinggal di sini agar si orang yang diajak bicara tidak pergi dari sisinya.

Dalam hal ini, kata tinggal pun bisa berarti selalu atau tetap. Nah, dalam dialog seperti itu, para pencinta yakin bahwa kalimat ini cukup efektif dalam mempertahankan hubungan.

Sebaliknya, pada kalimat kedua, kata tinggal sudah berubah maksud dan fungsinya. Kata “tinggal” berubah arti menjadi melupakan, dijauhi, ditinggal dalam artian emosi.

Di sini, si pembicara telah menggunakan kata tinggal untuk mengancam pihak lain agar tidak terlalu memaksanya atau mendominasi hidupnya agar menuruti apa yang diinginkannya. Pernyataan senasib yang mengandung kata tinggal seperti ini bisa Kawan temukan di kalimat seperti, “Masa yang indah itu sudah tinggal kenangan.”

Wow, ternyata dari kata tinggal, jika menilik lagi dalam bahasa Indonesia dapat ditemukan dua hal yang kontradiktif. Pertama, tinggal yang mengandung arti cinta dan yang kedua berarti melupakan.

Dengan demikian, janganlah terlalu asik ketika seseorang menyatakan tetap akan tinggal di sisi Kawan. Jangan-jangan, memang dia akan sewaktu-waktu melupakan Kawan. Namun, sekali lagi, semua kembali pada konteks kata itu diucapkan.

Itulah dua kata yang seringkali muncul di laman media sosial bahkan di chat pribadi diri kita. Konon katanya sebagai kata yang diyakini mampu mewakili atau merepresantikan dari sebuah cinta. Walaupun begitu, cinta bukanlah persoalan yang diskursif.

Love doesn’t work in the mouth nor the mind but in the heart. Begitu kira-kira kata lagu Padi Reborn mah.

Ditulis oleh Re Makram, adalah nama pena dari Panji Pratama. Menulis esai, prosa, dan puisi. Novelnya Perkamen Sanada masuk ke dalam nominasi Best Digital Book pada ajang Scarlet Pen Award 2022.

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment