Perjuangan Tokoh Maryam dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari

Maryam dalam novel Okky Madasari menjadi tokoh utama dalam lakon pemberontakan seorang perempuan yang tejebak dalam eksklusivitas masyarakat agama.

Novel Maryam karya Okky Madasari pada intinya yakni menceritakan sosok perempuan yang terlahir dari keluarga penganut aliran Ahmadiyah. Sejak lahir ia telah mendapat diskriminasi berupa stereotip penganut aliran sesat yang disematkan kepada keluarganya. Dalam novel ini Maryam menjadi tokoh utama dalam lakon pemberontakan seorang perempuan yang tejebak dalam eksklusivitas masyarakat agama.

Karakter tokoh Maryam digambarkan berkembang sesuai usianya. Maryam kecil hingga SMA digambarkan sebagai anak yang taat terhadap orangtuanya, termasuk dalam mengikuti upacara agamanya. Namun, pada saat Maryam kuliah di luar kota dan bekerja di Jakarta, ia mengalami perubahan karakter yang menonjol.

Setelah dewasa, ia mulai mempertanyakan identitasnya, memperjuangkan pilihan hidupnya, dan mempertanyakan agama yang dianut keluarganya. Maryam juga digambarkan sebagai tokoh yang berani melawan, meskipun karakternya tidak stabil dan bimbang. Maryam ialah salah satu simbol perempuan yang berdikari.

Nikmati ragam pemikiran dan pandangan dari para pakar, peneliti, dosen, dan pemikir di bidangnya di rubrik HIBERNASI

Pemilihan judul Maryam sesuai nama tokoh utamanya merupakan cara Okky Madasari mengajak pembaca memfokuskan batin dan pikirannya pada konflik batin yang dialami oleh tokoh Maryam. Selain itu, agar seorang pembaca yang melihat buku tersebut seketika mengingat bagaimana lakon dan perjuangan hidup yang dialami Maryam.

Pemilihan judul ini merupakan sebuah cara yang cerdik dalam memasukkan peristiwa-peristiwa yang dilami tokoh ke dalam pikiran dan batin pembaca. Bisa juga dikatakan sebagai suatu cara untuk mengetuk dada dan pikiran pembaca agar masuk ke dalam diri Maryam. Tujuannya ialah Maryam hidup di dalam pikiran dan batin pembaca, lalu nilai-nilai baik yang dibawa Maryam dihidupkan dalam kehidupan pembaca.

Konflik utama dalam novel ini ialah sosok Maryam yang digambarkan sebagai perempuan  berumur 24 tahun, memiliki kepribadian tidak stabil karena harus menghadapi diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami oleh dirinya dan keluarganya. Ia dan keluarganya dicap sebagai penganut aliran sesat. Puncak konfliknya ialah ketika keluarganya diusir dari rumah, tanah keluarganya, dan tanah kelahirannya. 

Mereka digelandang keluar dari ruang yang menjadi haknya karena perbedaan keyakinan dan pandangan.

Nikmati beragam artikel tentang perempuan, kesetaraan gender, dan feminisme di rubrik PUAN

Dalam novel ini, Okky Madasari menggambarkan kompleksitas konflik batin tokoh Maryam sebagai wanita muda yang juga harus menghadapi diskriminasi masyarakat. Okky Madasari tidak bermaksud membuat propaganda mengenai aliran tertentu, dalam hal ini Ahmadiyah, melainkan mengangkat bahwa Maryam terlahir dari keluarga yang kebetulan menganut Ahmadiah. 

Selain itu, karakter orangtua tokoh Maryam digambarkan tidak memiliki perilaku menyimpang dan hanya meneruskan tradisi keluarga sebelumnya. Novel berjudul Maryam karya Okky Madasari ini lebih memfokuskan pada perjuangan tokoh Maryam dalam menghadapi pergulatan konflik pada batinnya yang terus bergemuruh.

Dalam memaknai novel Maryam secara mendalam, pembaca harus memahami berbagai konteks yang melatarbelakangi penulisan novel tersebut. Baik latar belakang penulisnya (khususnya pendidikannya), maupun latar belakang kapan dan di mana novel itu ditulis (latar belakang sosia budaya). 

Nikmati ragam tulisan di rubrik SENGGANG

Novel ini fokus utamanya ialah kehidupan tokoh Maryam sebagai sosok yang tertindas dan mendapat stereotipe “keluarga aliran sesat”. Maryam dapat dimaknai sebagai perempuan muda yang berjuang demi martabat dan hak-haknya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Tokoh Maryam juga dapat dimaknai sebagai generasi muda yang bebas dan kritis (berpendidikan) yang hidup di masyarakatyang kurang berpendidikan dan konservatif. 

Novel Maryam karya Okky Madasari ini cocok untuk mata kuliah sosiologisastra dan teori sastra untuk mahasiswa sastra Indonesia. Novel ini benar-benar memerankan fungsinya sebagai cerminan masyarakat. Konflik yang diangkat dalam novel ini benar-benar aktual dan relevan untuk dikaji. 

Novel ini juga dapat menjadi bahan refleksi tentang diskriminasi terhadap yang “berbeda”, pun bisa berdampak pada generasi selanjutnya. Selain itu, novel Maryam karya Okky Madasary ini juga dapat dibaca dengan teori-teori dan pendekatan multidisipliner dalam perkembangan ilmu sosial, baik ilmu sastra, sosiologi, budaya maupun ilmu bahasa.

Nikmati beragam karya sastra di rubrik TETES EMBUN

Tentang pengarang:

Okky Puspa Madasari lahir pada 30 Oktober 1984 di MagetanJawa Timur. Ia kemudian lebih dikenal sebagai Okky Madasari. Ia lulus dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada 2005. 

Okky memilih menjadi penulis sejak lulus dari UGM. Pada 2012, ia mengambil jurusan sosiologi untuk gelarmasternya di Universitas Indonesia, dan lulus pada Juli  2014. Okky kemudian memperoleh beasiswa penuh dari Universitas Nasional Singapura (NUS) pada 2019 untuk menempuh program doktoral pada universitas tersebut.

Pada usia 28 tahun, Okky memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012 untuk novel ketiganya, yakni Maryam dan menjadi pemenang termuda sepanjangsejarah penghargaan tersebut. 

Baca juga Puisi Pitrus Puspito: Sajak Biru dan Puisi Lainnya

Ditulis oleh Pitrus Puspito adalah guru bahasa Indonesia dan penikmat seni. Ia menempuhpendidikan terakhirnya di Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain menulis puisi dan ceritaanak, ia juga menulis esai dan artikel ilmiah. Buku yang telah terbit yakni kumpulanpuisi berjudul Yang Hilang (2018) dan Menyayangi Ingatan (2019) yang diterbitkanoleh Bening Pustaka Yogyakarta.

Editor: Pemulung Rasa

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment