Pendidikan merupakan makanan pokok bagi manusia. Tanpa adanya pendidikan manusia akan kepayahan dalam menentukan arah. Pendidikan menjadi salah satu penunjuk arah kehidupan agar menjadi lebih baik di masa mendatang. Oleh sebab itu, manusia hidup selalu dalam kerangka menjadi pembelajar di dalam kehidupan ini.
Sedari zaman dulu, manusia sejatinya sudah memahami pentingnya pendidikan, bahkan sebelum adanya instansi pendidikan itu sendiri. Masyarakat saat itu mengenyam pendidikan langsung dengan alam dan kehidupan. Seiring berjalannya waktu, pendidikan pun terus berkembang dengan adanya instansi pendidikan yang bisa kita rasakan hingga saat ini.
Pendidikan sampai pada tahap seperti yang kita ketahui saat ini bukanlah sebuah perjalanan yang singkat dan mudah, dibutuhkan perjalanan panjang, bahkan penderitaan dalam perkembangannya. Zaman dahulu pendidikan masih belum merata karena hanya difokuskan pada kaum penguasa, bangsawan, borjuis, dan laki-laki. Kaum proletariat, masyarakat biasa, dan wanita mengalami deskriminasi. Mereka terpinggirkan dan dikandangkan.
Baca juga Stigma Negatif Perempuan Perokok di Indonesia Halangi Usaha Pengendalian Tembakau
Pembagian domestik dan publik serta pencari nafkan dan pengolah atau penerima nafkah menjadikan salah satu alasan dimana laki-laki lebih dominan mampu menikmati pendidikan dibanding wanita.
Wanita selalu diposisikan dalam ruang domestik. Sialnya, wanita sering kali diposisikan sebagai objek pelengkap penderita. Tak heran jika wanita pada era itu dibatasi dalam hal pendidikan, sebab apabila wanita dibebaskan mengenyam pendidikan seperti laki-laki maka kaum wanita akan menyadari apa yang sebenarnya terjadi dan dialami. Kuasa laki-laki atau patriarkisme pun akan terancam.
Namun, keadaan itu pun lama-kelamaan bergeser. Dinding-dinding pengandangan mulai didobrak bersama perjalanan sang waktu. Kesadaran wanita kian menggema di mana-mana. Wanita akhirnya bebas mengenyam pendidikan dan hidup selayaknya manusia, bukan makhluk yang selalu dinomor duakan atau sosok liyan.
Baca juga beragam artikel yang membahas tentang perempuan, kesetaraan gender, dan feminisme di rubrik PUAN
Pada era sekarang ini, peran pendidikan sangat dibutuhkan bagi kaum wanita (dan juga laki-laki) tak lain untuk membangun lebih dalam kesadaran akan kemanusiaan. Di sisi lain, persentasi wanita karier pun kini makin tinggi. Kondisi ini nampak sekali wujud berbaliknya arah, di mana zaman dulu pencari nafkah merupakan laki-laki, tetapi kini semua bisa merasakan mencari nafkah.
Saat ini, banyak sekali wanita yang menunjukkan ketotalitasan dan kegigihannya dalam mencari nafkan untuk menghidupi keluarganya. Ada yang sudah mendapatkan posisi mapan, ada yang tengah membangun karier, ada pula yang tengah berjuang mewujudkan mimpinya. Keadaan tersebut memantik perenungan bahwa modal pendidikan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Modal tak melulu harus berwujud materiil pun uang, tetapi ilmu pengalaman, pemahaman, dan keterampilan itu jauh lebih penting. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan yang diajarkan tak selalu materi, tetapi lebih banyak keterampilan komunikasi, memecahkan masalah, mencari dan menggali ide baru, kecakapan dalam membaca keadaan, bersosial, tanggung jawab, kerja sama atau kolaborasi, dan kreatifitas.
Baca juga Rasuna Said, Sang Singa Podium
Hal tersebut merupakan modal untuk membangun kesadaan atas kesetaraan antara kaum wanita dan laki-laki dalam kehidupan ini. Terlebih, makin kemari banyak wanita kuat yang terus berjuang sendiri mewujudkan mimpinya. Hal tersebut bisa kita ketahui di dalam kehidupan sekeliling kita, melalui media sosial, dan media massa. Kesadaran atas kesetaraan pun kini kian merekah, wanita tak lagi dipandang lemah dan dianggap sosok liyan.
Seperti halnya di universitas atau perguruan tinggi, saat ini banyak sekali mencetak wanita hebat. Prosentasi wanita pengenyam pendidikan tinggi pun kian meninggi dibanding laki-laki. Fenomena tersebut merupakan kabar baik yang harus disambut dengan penuh kebahagiaan, sebab lahirnya wanita-wanita hebat, terdidik, dan berprestasi juga akan berdampak pada generasi di masa mendatang. Ketika wanita terdidik, maka generasinya pun akan terdidik.
Pendidikan merupakan kebutuhan. Bukan untuk persaingan tetapi untuk pertumbuhan diri dan generasi berikutnya. Wanita dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Baca juga Kartini adalah Jalan Kesetaraan Gender
Saat ini, perwujudan emansipasi pun kian nyata. Banyak wanita yang berusaha mengembangkan dan membuktikan bahwa dirinya sosok yang tangguh, mandiri, kuat, berwibawa, dan cerdas. Wanita pun kian menyadari bahwa dirinya harus berani mengambil sikap dan keputusuan untuk dirinya sendiri atau hal besar yang dihidupinya. Pembuktian itu bukan untuk laki-laki, tetapiuntuk diri wanita itu sendiri dan kehidupan ini.
Itulah hebatnya sosok perempuan masa kini yang terus berusaha melakukan yang terbaik untuk dirinya dan kehidupan. Pendidikan adalah kebutuhan yang terbukti mampu melahirkan kesadaran dan kebebasan. Kesetaraan adalah keutamaan. Oleh karena itu, perempuan harus menyadari bahwa dirinya adalah sosok yang istimewa, bukan sosok liyan dan lemah.
Bagaimana, masih minder menjadi wanita?
Baca juga Teruntuk Laki-Laki, Ini Cara Ampuh Membantu Perempuan PMS
Ditulis oleh Maisya Khoerunnisa. Perempuan yang lahir di Kebumen ini sekarang sedang menempuh pendidikan S1 Teknik Pangan di Universitas Tidar.
Editor: Pemulung Rasa