Pemanfaatan Limbah Botol Plastik PET sebagai Bahan Beton Ramah Lingkungan

Hal utama yang perlu diingat ialah beton ini ramah lingkungan dan berdampak pada pembangunan berkelanjutan...

Beton merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Beton juga menjadi elemen sangat penting dalam pengerjaan bangunan, seperti dinding, lantai, dan kolom. Peningkatan penggunaan beton berbanding lurus  dengan meningkatnya produksi kebutuhan beton itu sendiri, sehingga harga bahan agregat dalam pembuatan beton makin mahal dari waktu ke waktu.

Harga terus naik membuat para ilmuat berpikir panjang untuk menciptakan alternatif bahan agreagat buatan. Salah satu pengganti agregat beton yang ditemukan yaitu menggunakan sampah plastik. Sampah plastik memiliki sifat yang sangat sulit terurai secara alami dan mudah menyerap air. Namun, sifat-sifat dari plastik itu sendiri di sisi lain juta berdampak pada kerusakan lingkungan.

Sampai saat ini, terdapat tujuh jenis plastik dengan sifatnya yang berbeda-beda, yaitu Polyethylene Terephthalate (PET atau Polyester), High Density Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride (PVC), Low-Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP), Polystyrene (PS), dan bioplastik.

Baca juga Terrestrial Laser Scanner: Alat Ukur Bermanfaat dalam Perencanaan Konstruksi

Polyethylene Terephthalate (PET) merupakan jenis polimer yang termasuk jenis polyster. Plastik ini mempunyai karakteristik keras, ringan, kuat, tahan lama, mudah dibentuk dengan dipanaskan, serta mempunyai kekuatan sobek dan ketahanan abrasi yang sangat baik. Karakteristiknya yang kuat dijadikan pilihan dalam pembuatan produk botol minum, wadah makanan, dan serta sintetis.

Banyaknya penggunaan dari masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terhadap jenis ini menjadikan harga limbahnya jauh lebih murah ketimbang agregat kasar atau kerikil. Namun, plastik PET memiliki kekurangan dari segi keramahan terhadap lingkungan. Penguraian limbah plastik sampai sempurna diperlukan waktu hingga satu abad.

PET dalam hal ini dijadikan sebagai pilihan yang sekaligus mampu mengatasi dua masalah, yaitu sebagai agregat dalam campuran inovasi pembuatan beton —yang meminimalisir modal—dan sebagai upaya mengurangi masalah sampah plastik.

Baca juga ragam pemikiran di rubrik HIBERNASI dan SENGGANG

Berdasar SNI No. 1737-1898-F, agregat sendiri sekumpulan butir-butir batu pecah kerikil pasir atau mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat merupakan material granula seperti pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk semen atau adukan. Agregat sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kasar dan halus.

Plastik PET dapat digunakan sebagai penambah bahan agregat kasar dalam pembuatan beton. Agregat kasar merupakan bagian terbesar dari campuran pembuatan beton, yakni memuat sekitra 65-80% dari total volume beton. Artinya, agregat kasar memiliki peran penting dalam pembuatan beton.

Agregat kasar pada dasarnya memberikan kekuatan pada beton dan membantu menyalurkan beban secara merata. Penggunaan PET menjadikan berat volume menjadi lebih rendah dibandingkan beton alami. Selain itu, PET juga memberikan keuntungan, baik secara ekonomi yang lebih murah maupaun kemudahan untuk memperolehnya.

Baca juga beragam karya sastra di rubrik TETES EMBUN

Dalam pembuatan agregat kasar, PET harus dalam kondisi bersih agar bisa diolah menjadi maksimal. Kemudian PET dicacah menggunakan mesin, lalu dikeringkan. Selanjutnya dilakkan peleburan dan didiamkan hingga mengeras menjadi bongkahan. Bongkahan tersebut kemudian dipotong menggunakan mesin cutting sesuai dengan ukuran agregat kasar berukuran 4,75-19 mm.

Keberadaan agregat ini sangat berpengaruh terhadap sifat beton, sehingga sedari proses dan hasil dibutuhkan pemilihan yang teliti agar nantinya menghasilkan produk yang baik. Kekuatan agregat pun bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat memiliki sifat kurang kuat dikarenakan dua hal ini.

Adanya bahan yang lemah atau partikel yang kuat, tetapi tidak baik dalam pengikatan (interlocking). Adanya agregat dalam campuran beton membuat suatu konstruksi menjadi lebih kuat dan memiliki daya tahan konstruksi terhadap beban atau tekanan. Selain itu, juga mampu mennjaga stabilitas konstruksi tersebut. Kuatnya daya tahan konstruksi wajib diperhatikan agar berdiri kokoh, memberikan keamanan, dan tahan lama

Baca juga Manusia dan Krisis Ekologi

Beton plastik PET ini termasuk beton ringan, sesuai dengan bahan dasarnya. Bobotnya yang ringan secara otomatis mampu mengurangi beban pada bangunan yang dipikul. Beton ini dapat digunakan dalam konstruksi beton non struktural atau struktural pendukung yang tidak memerlukan mutu terlalu tinggi. Oleh karena itu, beton jenis ini tidak disarankan sebagai struktur-struktur utama pondasi karena kekuatan tekanan plastik tidak sama dengan beton yang menggunakan agregat alami.

Pergantian bahan agregat alami dengan plastik PET sangat berpengaruh terhadap sifat beton itu sendiri. Agregat PET dapat menurunkan kekuatan tekan beton dibanding dengan beton normal atau alami. Hal ini menyebabkan agregat kasar PET memiliki ikatan yang lemah terhadap pasta semen. 

Namun, beton yang menggunakan PET cenderung lebih sedikit menyerap air. Hal ini menjadikan proses pelakasnaan pembuatan beton menjadi lebih mudah. Pelaksanaan yang dimaksud meliputi proses penimbangan bahan, cara pembuatan, pengadukan, pencetakan, pemadatan, penggetaran, dan penyelesaiannya.

Baca juga Tantangan Ekologi: Jika Bumi Hancur, Kita Mau Kemana?

Densitas beton pun berpengaruh dalam kinerja beton secara keseluruhan. Densitas mengacu pada berat persatuan volume suatu material. Densitas beton dapat diukur dengan keadaan beton segar atau pada keadaan beton kering.

Beton yang menggunakan PET sebagai pengganti agregat memiliki densitas paling rendah. American Concrete Institute (2013) menjelaskan, bahwa beton ringan memiliki densitas rendah sekitar 1120kg/M3- 1920kg/M3. Beton PET cocok digunakan dalam kosntruksi yang memiliki perubahan suhi karena densitas renah memiliki prioritas tinggi sehingga memunculkan isolasi termal dan akustik yang baik.

Beton yang baik yakni harus mampu menahan beban, tekanan, dan kondisi lingkungan untuk jangka panjang tanpa kerusakan signifikan atau kehilangan kekuatannya. Penggunaan beton plastik menyebabkan kehawatiran karena daur ulang bahan limbah plastik pun adanya potensi kehadiran kontaminan yang mampu membuat daya tahan plastik menurun.

Baca juga 3 Alasan Pendidikan di Indonesia Belum Berhasil Memerdekakan Manusia

Faktor penurunan daya tahan beton PET, yaitu disebabkan oleh permabilitas ion klorida, porositas dan penyerapan air, ketahanan terhadap pembekuan, dan pencairan berulang.

Pada dasarnya penggunaan limbah plastik PET sebagai bahan campuran pembuatan beton memberikan dampak yang positif. Plastik memiliki sifat dan karakteristik tahan lama, tahan korosi, dan isolator yang baik untuk dingin, panas, kedap suara, hemat energi, ekonomis, memiiki umur lama, dan ringan. Pada prinsipnya, seperti menambahkan bahan lain untuk memperkuat tekanan beton, daya beton, dan densitas beton.

Inovasi plastik PET sebagai pengganti bahan agregat kasar memberikan bahan konstruksi yang lebih murah dan mudah didapatkan. Selain itu, hal utama yang perlu diingat ialah beton ini ramah lingkungan dan berdampak pada pembangunan berkelanjutan.

Baca juga Bagaimana Daya Tarik Fisik Memengaruhi Penilaian Akademis Mahasiswa?

Ditulis oleh Muhammad Mahdafiqia Ar-Razzaqu, lahir Brebes. Kini tengah mengenyam pendidikan di  Universitas Tidar di Magelang.

Editor: Pemulung Rasa

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment