Blues Ciputat 2022
Kulihat Republik Indonesia dari pinggir tembok-tembok plasa /Kudengarkan kegigihan mahasiswa meramu masa depannya /
Kunikmati alunan macet nan sumpek /
O, kubayangkan kesemrawutan.
Aku jijik menghayati spanduk kampanye yang bertengger di mana-mana /
Aku tak tega orang-orang bohongi saudara-saudaranya /
Aku harus berbuat apa?
Aku lihat pemerintah mabuk senjakala /
Aku jenuh lihat muda-mudi yang asyik menikmati tubuh kekasihnya /
Aku resapi keramaian yang tak bernilai apa-apa /
O, kudengarkan omong kosong.
Kubayangkan ibu kota di Kalimantan mengambang ke pinggiran laut Jawa /
Kudendangkan lagu-lagu putus asa /
Kudengarkan muda-mudi berteriak meminta ajalnya /
Kupermasalahkan dogma kebenaran yang belakangan nongol berlagak Tuhan /
Kuperhatikan orang-orang susah cari kerja,
Orang-orang terjebak hutang,
Orang-orang bertaruh dengan masa depan,
Orang-orang mencari jati dirinya.
O, kulihat semuanya di muka berita.
Kulihat budaya hanya sisa nama,
Kesenian sudah hilang maknanya,
Pendidikan hanya barang jualan,
Rumah sakit mementingkan laba,
Ceramah agama ribut isinya,
Buku-buku berdebu di lemari sejarah,
Dan keyakinan masa depan setitik pun tak ada /
O, kunikmati neraka dunia.
Kunikmati irama politik tahun depan segera perang /
Kurasakan kejayaan setan-setan kehidupan menempel di wajah peradaban /
Kudengarkan teriak kelaparan /
Kulihat kesenjangan menganga semakin besar /
Kurasakan dingin kehidupan menyelimuti orang-orang /
O, apa yang akan kukatakan?
Aku putus asa melihat muda-mudi naik-turun mental dan imannya /
Aku berprasangka hari kiamat tahun depan tiba /
O, aku tak tahu harus bagaimana?
dari pinggir tembok-tembok plasa /
Kudengarkan kegigihan mahasiswa
meramu masa depan /
Tapi apa yang harus aku lakukan?
Garuda 2023
Berguguran bulu Garudadi ujung sesak napas terakhirnya
--menggelinjang ia,
berdarah paruh dan kakinya--
gugurlah,
gugur bulu Garuda
di tengah tatapan mata murka.
sampai tiada tersisa
--yang menjelma luka
di tubuh dan hatinya--
berguguran bulu Garuda
di sela ketakutan akan ancaman pemberontakan,
dan kepasrahan bunuh diri.
--karena umur atau nasib buruknya--
dan guncanglah pertahanan imannya,
walaupun sebenarnya telah terkoyak harga dirinya.
tubuhnya cacat karena suatu apa
dan menderitalah ia sendiri -sepi
dan gelagatnya hampir mati.
kulirik-lirik nyali dan sejarahnya,
kulihat darah mengucur
ke serakan bulunya,
dan angin meneduhkan sungai,
dan pelan-pelan garuda berkata:
aku telah ditinggal sendiri
oleh apa yang sudah kuyakini,
oleh apa yang telah kupercayai.
Puisi-puisi Ahmad Rizki lainnya:
- Sobekan Omong Kosong
- Malam Kematian dan Jika Semua Negara Angkat Senjata
- Jakarta, Anjani, dan Masa Depan
- Tubuhku Sobekan Sampah Plastik
- Sajak Cinta Paling Pesimis
- Seorang Gelandangan Di Pinggir Jalan Raya dan Sebuah Kado Pernikahan
- Ungkapan Cinta Menurut Seorang Pelukis
- Kasidah
- Tuhan Kesehatan dan Ode Buat Diri
Ditulis oleh Ahmad Rizki. Saat ini sibuk menggelandang, membersamai, dan menikmati hidup di sekitran Ciputat. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan termaktub di media daring dan cetak. Buku puisi yang terlanjur terbit, Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021) &Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja (2022). Informasi lebih lanjut dapat ditilik melalui Instagram ah_rzkiii.