Tuhan Kesehatan dan Ode Buat Diri | Puisi-Puisi Ahmad Rizki

Puisi-Puisi Ahmad Rizki. Tuhan Kesehatan dan Ode Buat Diri Karya Ahmad Rizki

Ode Buat Diri

 
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian.
 
Aroma putus asa
mengerang keras jadi propaganda,
suara mobil dan kelaparan
jadi seremonial di kepala manusia
di antara gedung-gedung Jakarta,
di bawah flyover dan lampu-lampu jalanan,
di sekitar lingkungan kota yang ganas,
yang dipetakan oleh pemerintah,
kehidupan diwarna benar-salah
dan kekecewaan tergeletak di
samudera jiwa manusia.
 
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Tapi kegagalan?
 
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian.
 
Sejarah manusia
amatlah fana,
kata-kata hanya mengingatkan
kita pada batu-batu kematian
lalu dilupakan.
Tapi berulang-ulang kita
rayakan kemenangan fana
yang akhirnya juga kalah.
 
Kehidupan berjalan
dan hati manusia meminta bagiannya
di sekitaran aspal-aspal retak
yang diiringi alunan azan subuh
dan menerbangkan bahaya ke langit
menembus pintu surga.
 
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian.
 
Mudah-mudahan tersimpan
doa-doa di sekitaran bibir kecut
yang paling pasrah.
 
2023

Acap Kali

Acap kali kita mengenal
nama-nama kehidupan
dan bentuk-bentuk lainnya,
denganneraka kesepian,
atau bara kesengsaraan,
dan tak sedikit
kita lupakan jatuh dan putus asa.
 
Acap kali kita mendekati
jurang neraka di jalan-jalan kehidupan
kemudian berbaring-baring
menatap mega-mega di langit kota
dan membisu dengan aroma
payah yang diulang-ulang.
 
2022

Cara Menenangkan Pikiran dan Perasaan

Pikiran jangan
kau terombang-ambing
walau tsunami informasi
dan pengetahuan
datang menghancurkanmu.
 
Pikiran janganlah
jangan kau hancur
walau propaganda
membumihanguskan
hidupmu.
 
Perasaan jangan
kau lelah dan keluh kesah
walau serangan bertubi-tubi
hampir membunuhmu.
 
Perasaan jangan
putus asa
walau bencana kehidupan
mustahil dihindarkan.
 
Hei, pikiran, hei
perasaan
Janganlah
jangan kau mati dulu.
 
2022
Tuhan Kesehatan
 
Dalam rangka menyelamatkan
umat manusia
bersatulah dan kibarkanlah
bendera WHO,
katakanlah kepada umat manusia
--bahwa ini tangan Tuhan--
penawar rasa sakit sudah di temukan,
sudah dipersiapkan
segala (kemungkinan) kesehatan,
untuk kemaslahatan.
Namun,
ingat semua itu harus bayar,
harus segera dicatat sebagai
HUTANG.
 
2022

Katakanlah Duhai Musim Semi
: In Memoriam Al-Khansa'

(1)
katakanlah, duhai
musim semi,
inilah aku,
adalah al-Khansa'.
Akulah syair,
Akulah elegi.
 
Ketika syair menembus Najd,
meraba pasir dan kuping-kuping jahiliah,
al-Khansâ’ berkata:
"Seolah mataku dicelakai kebutaan".
Orang-orang melongo,
dan keindahan nempel dalam debu pasir itu.
 
Kemudian ia datang bersama Bani Sulaim,
Ia simpan estetika di kantong hatinya.
Kecantikan syairnya memancar ke debu pasir,
lalu sampailah ia di depan Nabi,
dan tersenyum,
dan dibacakannya beberapa syair
yang asyik dan menghidupkan.
 
(2)
katakanlah, duhai
musim semi,
inilah aku,
adalah al-Khansa'
Ketika berita Kematian
dikumandangkan Umar Bin Khatab,
tak ada cemas dalam jiwaku.
Hanya tenang dan kagum,
dan sesederhana ia berkata:
 
Katakanlah
Ya Yazid anakku.
Ya Muawiyah anakku,
Ya Amr dan Amrah.
Qadisiyyah adalah kenikmatan.
 
Katakanlah
Ya, Anakku.
Aku ingat panggilan itu,
ketika kau berangkat ke Medan Jihad,
Ibu hanya menitip senyum pasrah,
yang tak akan kutemui lagi
dalam sinar mentari pagi.
Duhai, tidurlah, tidurlah anakku.
 
(3)
Ketika peristiwa itu terlewat,
Ia pulang dengan rasa yang menggelora.
Bayang-bayang kemenangan berhamburan di depan wajahnya,
dan ia berkata:
"Aku ingin kau
mencintai-Nya dengan sempurna."
 
Dan katakanlah, duhai
musim semi,
Akulah syair,
Akulah elegi,
Adalah al-Khansa'.
 
Ciputat, 2020

Puisi-puisi Ahmad Rizki lainnya:


Ditulis oleh Ahmad Rizki. Saat ini sibuk menggelandang, membersamai, dan menikmati hidup di sekitran Ciputat. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan termaktub di media daring dan cetak. Buku puisi yang terlanjur terbit, Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021) &Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja (2022). Informasi lebih lanjut dapat ditilik melalui Instagram ah_rzkiii.

About the Author

Ruang Bertukar Pikiran, Kenangan, dan Kegelisahan

Post a Comment